Metode Drill dalam Pembelajaran
Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh guru, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya enak menurut siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan dan tingkah laku pada siswa baik tutur katanya, sopan santunnya, motorik dan gaya hidupnya. Ada banyak sekali metode pengajaran yang digunakan oleh para pendidik, salah satu metode pengajaran yang digunakan adalah metode Pembelajaran Konstektual CTL yang sebelumnya pernah dibahas dan nmetode drill/latihan, walaupun banyak metode-metode pembelajaran lainnya,
Metode drill (latihan) atau metode training merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan. Metode drill pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang dipelajari. Mengingat metode ini kurang mengembangkan bakat atau inisiatif siswa untuk berpikir, maka hendaknya latihan disiapkan untuk mengembangkan kemampuan motorik siswa (Zainal Aqib, 2010:54).
Senada dengan hal itu, Munawir yusuf, dkk (2003:57) mengungkapkan bahwa metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar, dimana siswa diajak ke tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya.
Ungkapan lain menyatakan bahwa metode latihan atau drill yaitu suatu tehnik yang dapat di artikan sebagai suatu cara mengajar di mana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah di pelajari (Ngalim Purwanto, 1998:58).
Metode pembelajaran latihan (drill), tampaknya tidak semua guru mengetahuinya. Mayoritas guru masih menerapkan konsep pembelajaran tradisional yang merupakan “warisan” dari guru-guru sebelumnya. Terutama dalam hal pembelajaran materi puisi, guru lebih banyak berceramah dibanding melatih siswa didiknya untuk berbuat, berlaku, dan beraplikasi. Hal tersebut didasarkan pada hasil belajar siswa tentang materi puisi romansa masih banyak ditemukan puisi yang “biasa” bukan puisi “luar biasa”. Sehingga nilai yang diperoleh siswa rata-rata 6,0. Ini belum menunjukkan angka ketuntasan.
ijin nyimak
BalasHapussilahkan gan
HapusSilahkan,semoga jadi pelajar yang teladan
BalasHapus